Brebes | Wartakodimbrebes.com – Seorang petani Desa Pasirpanjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Wahyudin (80), menemukan potongan kerangka manusia yang diduga merupakan korban tanah longsor saat sedang menggarap lahan sawahnya.
Dibenarkan Danramil 13 Salem Kodim 0713 Brebes melalui Bati Tuud, Pelda Jahri, bahwa petani asal RT. 03 RW. 04 tersebut menemukannya saat membuat petak-petak sawah pada Rabu pagi kemarin (12/2).
“Lokasi penemuan berada di jalur luncuran longsor 22 Februari 2018 silam, di di Blok Simpur 2, Dusun Pasir Panjang Barat, Desa Pasirpanjang, tepatnya di sawah milik Mbah Wahyudin,” bebernya, Kamis (13/2/2020).
Dijelaskan Jahri lebih lanjut, cangkul Wahyudin awalnya membentur benda keras, karena penasaran akhirnya dirinya melakukan penggalian dan menemukan potongan tulang.
Wahyudin pun akhirnya melanjutkan penggalian dan mengumpulkan potongan-potongan tulang lainnya, dan selanjutnya segera memberitahukan penemuan kepada perangkat desa.
“Mendapatkan laporan dari perangkat desa, anggota kami bersama Bhabinkamtibmas, komunitas Bangbara, Banser dan Satpol PP Kecamatan Salem, segera meluncur ke lokasi penemuan dan mengevakuasinya ke Puskesmas Bentar, Salem,” tandasnya.
Menurut Jahri juga, penemuan kerangka manusia ini adalah yang kedua kalinya, setelah sebelumnya pada akhir tahun lalu (2/12), dua orang petani setempat yaitu Abidin (57) dan Ahya Wisona (72), menemukan potongan tulang yang meliputi tulang kaki, jari-jari kaki dan tangan, tulang belakang, tulang panggul serta tulang dahi, saat sedang menggali saluran air untuk memupuk tanaman kacang tanah.
“Penemuan yang dulu berada di areal persawahan yang juga merupakan bekas lokasi luncuran longsor,” pungkasnya.
Kepala Puskesmas Bentar, dr. Edi Harsono, menjelaskan bahwa untuk sementara pihaknya belum dapat mengidentifikasi penemuan kali ini yang meliputi ruas tulang kaki, jari-jari kaki dan tangan, tulang panggul, serta serpihan-serpihan lainnya.
Keempat keluarga korban yang jenazah anggota keluarganya belum ditemukan hingga saat ini, menyatakan tidak mau untuk melakukan tes DNA, dan sepakat memilih untuk memakamkan kerangka tersebut seperti penemuan kerangka sebelumnya.
Hari ini pencarian lebih luas akan dilanjutkan kembali oleh para relawan/unsur gabungan bersama keluarga korban.
Sekedar diketahui, longsor nasional yang terjadi tahun lalu di kawasan Pegunungan Lio, hutan produksi milik Perhutani BKPH Salem petak 26, RPH Babakan, KPH Pekalongan Barat, wilayah Desa Pasir Panjang tersebut, telah merenggut 18 korban jiwa. 14 jenazah/potongan tubuh telah ditemukan dan teridentifikasi, sedangkan 4 lainnya belum ditemukan.
Material longsor menutup areal seluas kurang lebih 16,8 hektar (kurang lebih 1,5 juta meter kubik), dengan kedalaman bervariasi dari 5-20 meter. Longsor juga memutus Jalan Raya Provinsi Banjarharjo-Salem sepanjang kurang lebih sepanjang 520 meter.
Sejak November 2018 lalu, ribuan bibit pohon keras (trembesi, durian, rambutan, pete, jambu, pinus dan alpukat) telah ditanam di sekitar lokasi longsor, termasuk penanaman 3.000 bibit pohon trembesi di petak 7 d areal yang merupakan mahkota longsor Gunung Lio.
Upaya ini sebagai upaya mitigasi untuk meminimalisir dampak longsor tersebut sehingga tidak terjadi longsor di kemudian hari, tentunya selain pohon produksi yang ditanam itu nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. (Aan).
Dibenarkan Danramil 13 Salem Kodim 0713 Brebes melalui Bati Tuud, Pelda Jahri, bahwa petani asal RT. 03 RW. 04 tersebut menemukannya saat membuat petak-petak sawah pada Rabu pagi kemarin (12/2).
“Lokasi penemuan berada di jalur luncuran longsor 22 Februari 2018 silam, di di Blok Simpur 2, Dusun Pasir Panjang Barat, Desa Pasirpanjang, tepatnya di sawah milik Mbah Wahyudin,” bebernya, Kamis (13/2/2020).
Dijelaskan Jahri lebih lanjut, cangkul Wahyudin awalnya membentur benda keras, karena penasaran akhirnya dirinya melakukan penggalian dan menemukan potongan tulang.
Wahyudin pun akhirnya melanjutkan penggalian dan mengumpulkan potongan-potongan tulang lainnya, dan selanjutnya segera memberitahukan penemuan kepada perangkat desa.
“Mendapatkan laporan dari perangkat desa, anggota kami bersama Bhabinkamtibmas, komunitas Bangbara, Banser dan Satpol PP Kecamatan Salem, segera meluncur ke lokasi penemuan dan mengevakuasinya ke Puskesmas Bentar, Salem,” tandasnya.
Menurut Jahri juga, penemuan kerangka manusia ini adalah yang kedua kalinya, setelah sebelumnya pada akhir tahun lalu (2/12), dua orang petani setempat yaitu Abidin (57) dan Ahya Wisona (72), menemukan potongan tulang yang meliputi tulang kaki, jari-jari kaki dan tangan, tulang belakang, tulang panggul serta tulang dahi, saat sedang menggali saluran air untuk memupuk tanaman kacang tanah.
“Penemuan yang dulu berada di areal persawahan yang juga merupakan bekas lokasi luncuran longsor,” pungkasnya.
Kepala Puskesmas Bentar, dr. Edi Harsono, menjelaskan bahwa untuk sementara pihaknya belum dapat mengidentifikasi penemuan kali ini yang meliputi ruas tulang kaki, jari-jari kaki dan tangan, tulang panggul, serta serpihan-serpihan lainnya.
Keempat keluarga korban yang jenazah anggota keluarganya belum ditemukan hingga saat ini, menyatakan tidak mau untuk melakukan tes DNA, dan sepakat memilih untuk memakamkan kerangka tersebut seperti penemuan kerangka sebelumnya.
Hari ini pencarian lebih luas akan dilanjutkan kembali oleh para relawan/unsur gabungan bersama keluarga korban.
Sekedar diketahui, longsor nasional yang terjadi tahun lalu di kawasan Pegunungan Lio, hutan produksi milik Perhutani BKPH Salem petak 26, RPH Babakan, KPH Pekalongan Barat, wilayah Desa Pasir Panjang tersebut, telah merenggut 18 korban jiwa. 14 jenazah/potongan tubuh telah ditemukan dan teridentifikasi, sedangkan 4 lainnya belum ditemukan.
Material longsor menutup areal seluas kurang lebih 16,8 hektar (kurang lebih 1,5 juta meter kubik), dengan kedalaman bervariasi dari 5-20 meter. Longsor juga memutus Jalan Raya Provinsi Banjarharjo-Salem sepanjang kurang lebih sepanjang 520 meter.
Sejak November 2018 lalu, ribuan bibit pohon keras (trembesi, durian, rambutan, pete, jambu, pinus dan alpukat) telah ditanam di sekitar lokasi longsor, termasuk penanaman 3.000 bibit pohon trembesi di petak 7 d areal yang merupakan mahkota longsor Gunung Lio.
Upaya ini sebagai upaya mitigasi untuk meminimalisir dampak longsor tersebut sehingga tidak terjadi longsor di kemudian hari, tentunya selain pohon produksi yang ditanam itu nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. (Aan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar