Brebes | Wartakodimbrebes.com– Rencana Pembangunan Museum Situs Buton (Bumiayu-Tonjong) oleh Pemkab Brebes yang dinilai masih sebatas angan-angan oleh banyak kalangan. Kini hal ini mulai menampakkan titik terang setelah digelarnya rakor di Balai Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kamis siang (9/1/2020).
Pasalnya, estimasi biaya yang diperlukan untuk mewujudkan pembangunan mencapai angka Rp. 16 miliar. Namun dalam rakor yang juga dihadiri dinas terkait dan Muspika Tonjong ini, menghasilkan kesepakatan berupa bangunan akan ditempatkan di atas tanah bengkok Desa Galuh Timur, dengan sistem kerjasama antara Pemda dengan Pemdes selama 15 tahun dan bisa diperpanjang.
Dibenarkan Danramil 09 Tonjong Kodim 0713 Brebes, Kapten Infanteri Suwardi melalui Bati Tuud, Peltu Edi Burhanudin, bahwa surat pengajuan kerjasama kedua belah pihak akan segera dibuat dalam waktu dekat.
“Untuk pembangunan tahap awal museum dari Pemkab Brebes sejumlah Rp. 1 milyar pada anggaran tahun ini,” jelasnya dari hasil rapat.
Sementara Kepala Desa Galuhtimur, Sobandi, A.Ma, menyatakan bahwa kerjasama akan dituangkan juga dalam Perdes dan dikonsultasikan kepada Pemprov Jateng sebelum ditandatangani pihaknya.
Rakor yang dimulai pukul 10.00 WIB dan berlangsung selama 2 jam lebih ini dihadiri pejabat di lingkungan Pemkab Brebes yang meliputi Kadinbudpar Diding Setiadi, Kadin Perwaskim Ahmad Sofia Nukman, Kabag Pemdes Pemkab Subagyo, Kabag Hukum Janu S, dan dari Dinas PU Siswanto.
Sementara dari pihak setempat dihadiri Camat Tonjong Cecep Aji Suganda, Danramil, Kapolsek diwakili Aiptu Basuki, Kades Galuhtimur, Pengelola Museum Buton H. Rizal Ramli, Ketua BPD Galuhtimur Siswoyo, Pokdarwis Kampung Poerba (pelestari fosil), Ketua Yayasan Taallumussibyan, dan juga para tokoh masyarakat.
Sekedar diketahui, museum ini nantinya akan digunakan untuk menyimpan berbagai temuan fosil manusia purba dan benda purbakala di kawasan Situs Buton, sehingga potensi kepurbakalaan di situs tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata/sumber devisa daerah dari lokal maupun mancanegara.
Situs Boton juga telah menjadi tempat penelitian dunia sejak tahun 1920, dengan salah satu temuannya adalah gajah purba tertua (Sinomastodon Bumiayuensis). Juga manusia purba yang usianya 300 ribu tahun, lebih tua dari Situs Sangiran, situs yang terletak 15 kilometer sebelah utara Kota Surakarta, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Museum Mini Purbakala Buton saat ini yang berada di Bumiayu, hanya memiliki luas bangunan 12x10 meter yang dirintis pada 2016 silam. Diperkirakan di tempat ini setidaknya telah menyimpan 5.000 koleksi fosil purbakala.
Dikutip dari Tribun Jateng.Com, seperti apa yang pernah disampaikan Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Brebes, Wijanarto (27/9/19), bahwa pembangunan museum merupakan hal yang sangat perlu namun terbentur dengan APBD Brebes yang dianggap terlalu berat.
Besaran taksiran kebutuhan anggaran sebesar 16 miliar untuk pembangunan diatas lahan seluas 2 hektar itulah yang menjadikan penganggaran dilakukan secara multi years. Catatan adalah Pemkab ingin museum dibangun di atas lahan milik Pemkab sendiri.
Pasalnya, jika dibangun di atas lahan milik Pemdes setempat maka Pemkab harus memikirkan lahan penggantinya (tukar guling). Jika mendapatkan bantuan dari Kemendikbud pusat maka Pemkab hanya tinggal menyediakan lahan saja.
Wijanarto menambahkan, di tempat inilah dari sisi pendidikan diharapkan generasi kedepan akan mampu mendapatkan edukasi tentang kehidupan pra sejarah. (Aan)
Pasalnya, estimasi biaya yang diperlukan untuk mewujudkan pembangunan mencapai angka Rp. 16 miliar. Namun dalam rakor yang juga dihadiri dinas terkait dan Muspika Tonjong ini, menghasilkan kesepakatan berupa bangunan akan ditempatkan di atas tanah bengkok Desa Galuh Timur, dengan sistem kerjasama antara Pemda dengan Pemdes selama 15 tahun dan bisa diperpanjang.
Dibenarkan Danramil 09 Tonjong Kodim 0713 Brebes, Kapten Infanteri Suwardi melalui Bati Tuud, Peltu Edi Burhanudin, bahwa surat pengajuan kerjasama kedua belah pihak akan segera dibuat dalam waktu dekat.
“Untuk pembangunan tahap awal museum dari Pemkab Brebes sejumlah Rp. 1 milyar pada anggaran tahun ini,” jelasnya dari hasil rapat.
Sementara Kepala Desa Galuhtimur, Sobandi, A.Ma, menyatakan bahwa kerjasama akan dituangkan juga dalam Perdes dan dikonsultasikan kepada Pemprov Jateng sebelum ditandatangani pihaknya.
Rakor yang dimulai pukul 10.00 WIB dan berlangsung selama 2 jam lebih ini dihadiri pejabat di lingkungan Pemkab Brebes yang meliputi Kadinbudpar Diding Setiadi, Kadin Perwaskim Ahmad Sofia Nukman, Kabag Pemdes Pemkab Subagyo, Kabag Hukum Janu S, dan dari Dinas PU Siswanto.
Sementara dari pihak setempat dihadiri Camat Tonjong Cecep Aji Suganda, Danramil, Kapolsek diwakili Aiptu Basuki, Kades Galuhtimur, Pengelola Museum Buton H. Rizal Ramli, Ketua BPD Galuhtimur Siswoyo, Pokdarwis Kampung Poerba (pelestari fosil), Ketua Yayasan Taallumussibyan, dan juga para tokoh masyarakat.
Sekedar diketahui, museum ini nantinya akan digunakan untuk menyimpan berbagai temuan fosil manusia purba dan benda purbakala di kawasan Situs Buton, sehingga potensi kepurbakalaan di situs tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata/sumber devisa daerah dari lokal maupun mancanegara.
Situs Boton juga telah menjadi tempat penelitian dunia sejak tahun 1920, dengan salah satu temuannya adalah gajah purba tertua (Sinomastodon Bumiayuensis). Juga manusia purba yang usianya 300 ribu tahun, lebih tua dari Situs Sangiran, situs yang terletak 15 kilometer sebelah utara Kota Surakarta, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Museum Mini Purbakala Buton saat ini yang berada di Bumiayu, hanya memiliki luas bangunan 12x10 meter yang dirintis pada 2016 silam. Diperkirakan di tempat ini setidaknya telah menyimpan 5.000 koleksi fosil purbakala.
Dikutip dari Tribun Jateng.Com, seperti apa yang pernah disampaikan Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Brebes, Wijanarto (27/9/19), bahwa pembangunan museum merupakan hal yang sangat perlu namun terbentur dengan APBD Brebes yang dianggap terlalu berat.
Besaran taksiran kebutuhan anggaran sebesar 16 miliar untuk pembangunan diatas lahan seluas 2 hektar itulah yang menjadikan penganggaran dilakukan secara multi years. Catatan adalah Pemkab ingin museum dibangun di atas lahan milik Pemkab sendiri.
Pasalnya, jika dibangun di atas lahan milik Pemdes setempat maka Pemkab harus memikirkan lahan penggantinya (tukar guling). Jika mendapatkan bantuan dari Kemendikbud pusat maka Pemkab hanya tinggal menyediakan lahan saja.
Wijanarto menambahkan, di tempat inilah dari sisi pendidikan diharapkan generasi kedepan akan mampu mendapatkan edukasi tentang kehidupan pra sejarah. (Aan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar