Brebes | Wartakodimbrebes.com – Segala aspek tentang bencana alam, terutama longsor wilayah pegunungan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dikupas dalam Talk Show Aksi Babinsa Kodim 0713 Brebes, di Studio 2 Radio Singosari Brebes 103.9 FM, Jalan Veteran No. 14, Kauman Baru, Kecamatan/Kabupaten Brebes. Rabu (15/1/2020).
Selaku narasumber yang dihadirkan kali ini adalah Babinsa dari Koramil 13 Salem, Pelda Rahmat, dan Kepala Dusun Sunajati, Desa Gunungjaya, Kecamatan Salem, Diswo Siswoyo (50). Pemandu acara adalah Rara Elshanum atau Siti Khumairoh (31) dan Riri atau Rosi Maulani (27), Penyiar Radio News FM Ketanggungan.
Desa Gunungjaya merupakan salah satu desa yang terletak di lingkungan Pegunungan Lio, Salem, dimana gunung ini sangat terkenal dengan bencana alam longsornya saat terjadi pada Februari 2018 silam, merenggut 18 korban jiwa. Gunung Lio juga merupakan pegunungan yang berpotensi longsor.
Disampaikan Kadus Diswo Siswoyo, bahwa mudahnya aparat keamanan berkoordinasi dengan perangkat desa dan cepat membaur di tengah-tengah masyarakat karena mereka adalah para putra daerah setempat.
“Pihak desa mudah melakukan koordinasi dalam hal apapun di wilayah karena Pak Babinsa dan Bhabinkamtibmas merupakan putra daerah Salem. Termasuk tanggap bencana, masyarakat mudah digerakkan,” ucapnya.
Sementara Pelda Rahmat berupaya memotivasi agar masyarakat serta para pendengar agar mencintai lingkungan yang nantinya akan diwariskan dan dinikmati oleh generasi selanjutnya.
“Kalau ada perusak-perusak hutan di kawasan Gunung Lio dan Perhutani BKPH Salem, KPH Pekalongan Barat, untuk kepentingan sesaat, hendaklah berhenti dan fikirkan bagi anak cucu kita,” ajaknya.
Upaya pembalakan liar atau penebangan yang tak terkendali dapat merusak keseimbangan dan ekosistem hutan sehingga dampaknya jelas longsor/banjir. Seperti contoh adalah hutan di Dusun Sunajati, kini sudah hijau kembali karena masyarakatnya rajin menanam dan merawat pohon.
Menjawab pertanyaan dari salah satu pendengar setia terkait maraknya kecelakaan sepeda motor matic masuk jurang di tanjakan/turunan di Gunung Lio, Babinsa menghimbau agar tidak mematikan mesin motor untuk menghemat BBM pada saat menuruni bukit. Pasalnya, laju motor semakin tidak terkendali karena tidak ada engine brake sehingga hanya mengandalkan rem saja.
Inilah yang memicu angka kecelakaan masuk jurang sebanyak 13 korban jiwa serta 5 orang luka berat dalam rentang waktu 2018-2019, saat menuruni bukit melewati ruas jalan provinsi Banjarharjo, Brebes-Majenang Kabupaten Cilacap.
Sedangkan pertanyaan tentang kewaspadaan pihak terkait dan masyarakat setempat terhadap bencal dan lalin, mereka sudah membentuk relawan gabungan untuk berpatroli di titik-titik yang berpotensi longsor, memasang pembatas jalan darurat dari bahan kayu dan ban bekas di titik rawan kecelakaan (tanjakan/turunan Panginuman, Saninten, Muncang serta Kiara. Setidaknya kurang lebih 200 meter pengaman jalan darurat tersebut terpasang.
Diswo menyatakan, relawan gabungan terdiri dari TNI-Polri, Dishub dan Bina Marga Provinsi, Satpol PP Salem, Perhutani, Libansa (supir mobil pick up L300 lintas Salem-Banjarharjo), Komunitas Bangbara, Banser, para supir travel lintas Salem-Jakarta, Grup Trabas Nalaktak Salem, Karang Taruna Desa Pasirpanjang, Pemuda Pancasila PAC Salem, serta pemrakarsa jalan darurat Gunung Lio.
“Tim ini akan memberitahukan kepada masyarakat jika longsor akan terjadi, sehingga korban jiwa pada musibah sebelumnya dapat dieliminir. Tim ini juga merupakan garda terdepan di Salem dalam penanganan bencana,” pungkasnya.
Kadus yang mewakili masyarakat Salem ini, menyatakan apresiasi kepada dinas terkait (Dinas Bina Marga Provinsi) yang menjadwalkan pemasangan guardrail/pembatas jalan permanen, patok jalan/delineator dan lampu penerangan jalan pada Februari mendatang. (Aan)
Selaku narasumber yang dihadirkan kali ini adalah Babinsa dari Koramil 13 Salem, Pelda Rahmat, dan Kepala Dusun Sunajati, Desa Gunungjaya, Kecamatan Salem, Diswo Siswoyo (50). Pemandu acara adalah Rara Elshanum atau Siti Khumairoh (31) dan Riri atau Rosi Maulani (27), Penyiar Radio News FM Ketanggungan.
Desa Gunungjaya merupakan salah satu desa yang terletak di lingkungan Pegunungan Lio, Salem, dimana gunung ini sangat terkenal dengan bencana alam longsornya saat terjadi pada Februari 2018 silam, merenggut 18 korban jiwa. Gunung Lio juga merupakan pegunungan yang berpotensi longsor.
Disampaikan Kadus Diswo Siswoyo, bahwa mudahnya aparat keamanan berkoordinasi dengan perangkat desa dan cepat membaur di tengah-tengah masyarakat karena mereka adalah para putra daerah setempat.
“Pihak desa mudah melakukan koordinasi dalam hal apapun di wilayah karena Pak Babinsa dan Bhabinkamtibmas merupakan putra daerah Salem. Termasuk tanggap bencana, masyarakat mudah digerakkan,” ucapnya.
Sementara Pelda Rahmat berupaya memotivasi agar masyarakat serta para pendengar agar mencintai lingkungan yang nantinya akan diwariskan dan dinikmati oleh generasi selanjutnya.
“Kalau ada perusak-perusak hutan di kawasan Gunung Lio dan Perhutani BKPH Salem, KPH Pekalongan Barat, untuk kepentingan sesaat, hendaklah berhenti dan fikirkan bagi anak cucu kita,” ajaknya.
Upaya pembalakan liar atau penebangan yang tak terkendali dapat merusak keseimbangan dan ekosistem hutan sehingga dampaknya jelas longsor/banjir. Seperti contoh adalah hutan di Dusun Sunajati, kini sudah hijau kembali karena masyarakatnya rajin menanam dan merawat pohon.
Menjawab pertanyaan dari salah satu pendengar setia terkait maraknya kecelakaan sepeda motor matic masuk jurang di tanjakan/turunan di Gunung Lio, Babinsa menghimbau agar tidak mematikan mesin motor untuk menghemat BBM pada saat menuruni bukit. Pasalnya, laju motor semakin tidak terkendali karena tidak ada engine brake sehingga hanya mengandalkan rem saja.
Inilah yang memicu angka kecelakaan masuk jurang sebanyak 13 korban jiwa serta 5 orang luka berat dalam rentang waktu 2018-2019, saat menuruni bukit melewati ruas jalan provinsi Banjarharjo, Brebes-Majenang Kabupaten Cilacap.
Sedangkan pertanyaan tentang kewaspadaan pihak terkait dan masyarakat setempat terhadap bencal dan lalin, mereka sudah membentuk relawan gabungan untuk berpatroli di titik-titik yang berpotensi longsor, memasang pembatas jalan darurat dari bahan kayu dan ban bekas di titik rawan kecelakaan (tanjakan/turunan Panginuman, Saninten, Muncang serta Kiara. Setidaknya kurang lebih 200 meter pengaman jalan darurat tersebut terpasang.
Diswo menyatakan, relawan gabungan terdiri dari TNI-Polri, Dishub dan Bina Marga Provinsi, Satpol PP Salem, Perhutani, Libansa (supir mobil pick up L300 lintas Salem-Banjarharjo), Komunitas Bangbara, Banser, para supir travel lintas Salem-Jakarta, Grup Trabas Nalaktak Salem, Karang Taruna Desa Pasirpanjang, Pemuda Pancasila PAC Salem, serta pemrakarsa jalan darurat Gunung Lio.
“Tim ini akan memberitahukan kepada masyarakat jika longsor akan terjadi, sehingga korban jiwa pada musibah sebelumnya dapat dieliminir. Tim ini juga merupakan garda terdepan di Salem dalam penanganan bencana,” pungkasnya.
Kadus yang mewakili masyarakat Salem ini, menyatakan apresiasi kepada dinas terkait (Dinas Bina Marga Provinsi) yang menjadwalkan pemasangan guardrail/pembatas jalan permanen, patok jalan/delineator dan lampu penerangan jalan pada Februari mendatang. (Aan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar